Sepakbola Gajah
Haha, biarkan saya tertawa
terlebih dulu. Sebentar! Sebentar,
sekarang saya bingung apa itu sepakbola gajah. Sudahlah, saya cukup tertawa
saja, tertawa terpingkal, hingga air mata keluar tapi kemudian saya merasa
bersedih.
Istilah sepakbola gajah, pertama kali lahir pada tahun 1988. Kala itu
Persebaya dengan sengaja kalah 0-12 dari Persipura. Nah, wasit yang memimpin pertandingan
yang digelar pada 21 februari 1988 tersebut, berasal dari lampung yang terkenal
dengan pertandingan sepakbola gajah. Dimana dalam (sirkus) pertandingan
sepakbola gajah, gajah yang tidak tahu harus mencetak gol kemana hingga skor
ditentukan oleh si pawang. Sejak saat itu, sepakbola gajah melekat diingatan
banyak orang, terutama kemungkinan besar diingatan bapak saya yang juga seorang
penggemar sepakbola nasional.
Istilah ini, kemudian mencuat lagi beberapa hari ini. Tentu kalian
juga sudah tahu. Lalu saya yang penasaran berusaha mencari tahu bagaimana 5 gol
jahanam itu bisa terjadi. Saya searching sebentar di youtube dengan wifi (baca:
waifai bukan waifi) kampus. Ah, kemudian yang ada setelah melihat kekonyolan
apa yang mereka lakukan saya mencak-mencak dalam hati dan mengumpat tak jelas.
Bodoh sekali! Apa-apaan ini? FYI, karir sepakbola kelas satu SD saya saja tak
seburuk mereka, dan bahkan mereka jauh lebih buruk dan lebih konyol daripada
sepakbola yang dimainkan oleh perempuan-perempuan sekolah dasar pada lomba
agustusan dikampung. Semua berkumpul bergerombol ditengah ketika kick off
kemudian berusaha menghadang musuh yang mau mencetak gol bunuh diri, bedebah!
Dari menit 86’ sampai menit 90+3’ terjadi 5 gol. Luar biasanya
permainan berubah menjadi konyol, para pemain berlomba-lomba mencetak gol ke
gawang sendiri. Dimulai dari PSS Sleman, yang berusaha mencetak gol kegawang
sendiri, sebelumnya terdengar teriakan dari bench PSIS Semarang, “Awas, Slemen
mau mencetak gol bunuh diri!” tapi percobaan pertama PSS Sleman berhasil
dihadang striker PSIS Semarang. Lalu, untuk kesempatan kedua, dan ketiga PSS
Sleman berhasil mencetak gol bunuh diri dengan menawan, memalukan. Kemudian PSS
Sleman berusaha menguasai bola di areanya sendiri, namun naas PSIS Semarang
berhasil merebut dan membawa kebelakang kemudian mencetak gol bunuh diri. Kick
off, tendang kebelakang, gol bunuhdiri terjadi lagi, lalu terlihat terjadi
ketegangan didalam lapangan, pemain PSS Sleman mencoba mengulur waktu dengan
pura-pura cedera di area PSIS Semarang.
Lalu, berusaha semua berkumpul ditengah, dan bahkan kiper PSS Sleman
juga, mereka semua berusaha mengahadang PSIS Semarang yang akan mencetak gol
bunuhdiri ketiga dari kick off kedua mereka.
Ah, lupakan gajah-gajah dalam lapangan tersebut. Tidakkah mereka
belajar dari gol bunuhdiri Mursyid Effendy, pada piala Tiger 1998?
Tapi, kemudian yang menjadi pertanyaan besar kenapa PSIS Semarang dan
PSS Sleman keduanya berusaha mengalah, berlomba-lomba mencetak gol kegawang
sendiri?
Kita lupakan dugaan bahwa mereka menghindari lawan Borneo FC, digrup
sebelah. Dan bahkan media asing yang telah banyak memberitakannya, mengatakan
dalam isi beritannya, “Both teams were trying to avoid playing an
encounter against Pusamania Borneo FC – a team known to be backed by the
Indonesian mafia.”
Ada yang menarik bukan di akhir kalimat tersebut? ‘a team known to be backed by
the Indonesian mafia’. Ah, entahlah. Kita coba mencari alasan-alasan
lain dibalik kekonyolan mereka di atas lapangan. Dan ini mungkin beberapa
alasan mengapa mereka berebut memburu gol bunuh diri, dan berjuang untuk kalah.
Pertama, BERBUAT BAIK
Ada misi lain, dibalik gol bunuh diri yang mereka lakukan. Bahwa
dijaman yang semakin sulit ditemukan orang-orang baik ini. Mereka ingin
memberikan sebuah contoh, dengan mencetak gol kegawang sendiri masing-masing
mereka telah mempermudah lawan untuk mengalahkannya. Dengan demikian mereka
menganggap diri mereka telah berbuat baik.
Ah, kau terlampau baik
gajah-gajah sirkus.
Kedua, KIPER YANG TERTUKAR
Jika kalian perhatikan lagi, kedua kiper sebenarnya tidak berganti
gawang di babak kedua, sementara semua pemain telah berganti gawang. Ini
seperti yang terjadi di sepakbola-sepakbola kampung, kadang kedua kiper tak mau
ganti gawang dengan alasan tertentu. Nah, para pemain yang masih tidak terima
dibabak pertama tidak bisa mencetak gol ke kiper musuh yang sekarang dibabak
kedua telah menjadi kipernya sendiri, berusaha mencetak gol sebanyak-banyaknya
ke kiper musuh dibabak pertama, yang sekarang kipernya sendiri.
Nah, seperti itu ceritannya.
Ketiga, PERMAINAN BARU
Ini seperti permainan baru, mereka para pemain ingin menciptakan sebuah
permainan baru, seperti dulu ada permainan boladiator sebuah pengembangan dari
permainan sepakbola. Nah, permainan baru mereka adalah berlomba-lomba mencetak
gol kegawang sendiri, para striker berusaha menghadang bola yang akan
dimasukkan oleh para center back ke gawangnya sendiri.
Mungkin, Inilah waktu dimana
para striker tahu susahnya merebut bola.
Keempat, JOMBLO
Mungkin inilah rahasia besarnya, mereka adalah jomblo-jomblo ngenes
tahun 2014. Status yang sulit berganti ini membuat mereka frustasi dan kesal.
Rasa frustasi tersebut akhirnya terluapkan didalam lapangan. Masing-masing
mereka yang sudah kesal dengan statusnya yang tak kunjung berganti, akhirnya :
bunuhdiri.
Bukankah, jomblo untuk sementara
waktu itu keren. Ngapain frustasi?
Kelima, KABINET KERJA
Terinspirasi dari presiden baru kita yang dilantik 20 oktober 2014 kemarin, Pak Jokowi yang membentuk kabinet kerja di masa kepemimpinannya.
Mereka semua juga ingin kerja didalam lapangan, dan bukti dari sebuah kerja
nyata adalah hasil. Maka ketika sampai menit 86’ tidak juga terjadi gol,
akhirnya mereka memutuskan untuk mendapatkan hasil (gol) bagaimanapun caranya.
Dengan begitu mereka telah dianggap benar-benar bekerja.
Ndasmu, hasil kuwi mburi seng
penting kerjo seng bener sek! opo kuwi bener?
Saya yang kesal,
Lamongan, Awal November 2014
0 komentar:
Post a Comment