Saturday, November 01, 2014

Sepakbola Gajah



Sepakbola Gajah

Haha, biarkan saya tertawa terlebih dulu. Sebentar!  Sebentar, sekarang saya bingung apa itu sepakbola gajah. Sudahlah, saya cukup tertawa saja, tertawa terpingkal, hingga air mata keluar tapi kemudian saya merasa bersedih.


Istilah sepakbola gajah, pertama kali lahir pada tahun 1988. Kala itu Persebaya dengan sengaja kalah 0-12 dari Persipura. Nah, wasit yang memimpin pertandingan yang digelar pada 21 februari 1988 tersebut, berasal dari lampung yang terkenal dengan pertandingan sepakbola gajah. Dimana dalam (sirkus) pertandingan sepakbola gajah, gajah yang tidak tahu harus mencetak gol kemana hingga skor ditentukan oleh si pawang. Sejak saat itu, sepakbola gajah melekat diingatan banyak orang, terutama kemungkinan besar diingatan bapak saya yang juga seorang penggemar sepakbola nasional.

Istilah ini, kemudian mencuat lagi beberapa hari ini. Tentu kalian juga sudah tahu. Lalu saya yang penasaran berusaha mencari tahu bagaimana 5 gol jahanam itu bisa terjadi. Saya searching sebentar di youtube dengan wifi (baca: waifai bukan waifi) kampus. Ah, kemudian yang ada setelah melihat kekonyolan apa yang mereka lakukan saya mencak-mencak dalam hati dan mengumpat tak jelas. Bodoh sekali! Apa-apaan ini? FYI, karir sepakbola kelas satu SD saya saja tak seburuk mereka, dan bahkan mereka jauh lebih buruk dan lebih konyol daripada sepakbola yang dimainkan oleh perempuan-perempuan sekolah dasar pada lomba agustusan dikampung. Semua berkumpul bergerombol ditengah ketika kick off kemudian berusaha menghadang musuh yang mau mencetak gol bunuh diri, bedebah!

Dari menit 86’ sampai menit 90+3’ terjadi 5 gol. Luar biasanya permainan berubah menjadi konyol, para pemain berlomba-lomba mencetak gol ke gawang sendiri. Dimulai dari PSS Sleman, yang berusaha mencetak gol kegawang sendiri, sebelumnya terdengar teriakan dari bench PSIS Semarang, “Awas, Slemen mau mencetak gol bunuh diri!” tapi percobaan pertama PSS Sleman berhasil dihadang striker PSIS Semarang. Lalu, untuk kesempatan kedua, dan ketiga PSS Sleman berhasil mencetak gol bunuh diri dengan menawan, memalukan. Kemudian PSS Sleman berusaha menguasai bola di areanya sendiri, namun naas PSIS Semarang berhasil merebut dan membawa kebelakang kemudian mencetak gol bunuh diri. Kick off, tendang kebelakang, gol bunuhdiri terjadi lagi, lalu terlihat terjadi ketegangan didalam lapangan, pemain PSS Sleman mencoba mengulur waktu dengan pura-pura cedera di area PSIS Semarang.  Lalu, berusaha semua berkumpul ditengah, dan bahkan kiper PSS Sleman juga, mereka semua berusaha mengahadang PSIS Semarang yang akan mencetak gol bunuhdiri ketiga dari kick off kedua mereka.

Ah, lupakan gajah-gajah dalam lapangan tersebut. Tidakkah mereka belajar dari gol bunuhdiri Mursyid Effendy, pada piala Tiger 1998?

Tapi, kemudian yang menjadi pertanyaan besar kenapa PSIS Semarang dan PSS Sleman keduanya berusaha mengalah, berlomba-lomba mencetak gol kegawang sendiri?

Kita lupakan dugaan bahwa mereka menghindari lawan Borneo FC, digrup sebelah. Dan bahkan media asing yang telah banyak memberitakannya, mengatakan dalam isi beritannya, “Both teams were trying to avoid playing an encounter against Pusamania Borneo FC – a team known to be backed by the Indonesian mafia.”

Ada yang menarik bukan di akhir kalimat tersebut? ‘a team known to be backed by the Indonesian mafia’. Ah, entahlah. Kita coba mencari alasan-alasan lain dibalik kekonyolan mereka di atas lapangan. Dan ini mungkin beberapa alasan mengapa mereka berebut memburu gol bunuh diri, dan berjuang untuk kalah.

Pertama, BERBUAT BAIK
Ada misi lain, dibalik gol bunuh diri yang mereka lakukan. Bahwa dijaman yang semakin sulit ditemukan orang-orang baik ini. Mereka ingin memberikan sebuah contoh, dengan mencetak gol kegawang sendiri masing-masing mereka telah mempermudah lawan untuk mengalahkannya. Dengan demikian mereka menganggap diri mereka telah berbuat baik.

Ah, kau terlampau baik gajah-gajah sirkus.

Kedua, KIPER YANG TERTUKAR
Jika kalian perhatikan lagi, kedua kiper sebenarnya tidak berganti gawang di babak kedua, sementara semua pemain telah berganti gawang. Ini seperti yang terjadi di sepakbola-sepakbola kampung, kadang kedua kiper tak mau ganti gawang dengan alasan tertentu. Nah, para pemain yang masih tidak terima dibabak pertama tidak bisa mencetak gol ke kiper musuh yang sekarang dibabak kedua telah menjadi kipernya sendiri, berusaha mencetak gol sebanyak-banyaknya ke kiper musuh dibabak pertama, yang sekarang kipernya sendiri.

Nah, seperti itu ceritannya.

Ketiga, PERMAINAN BARU
Ini seperti permainan baru, mereka para pemain ingin menciptakan sebuah permainan baru, seperti dulu ada permainan boladiator sebuah pengembangan dari permainan sepakbola. Nah, permainan baru mereka adalah berlomba-lomba mencetak gol kegawang sendiri, para striker berusaha menghadang bola yang akan dimasukkan oleh para center back ke gawangnya sendiri.

Mungkin, Inilah waktu dimana para striker tahu susahnya merebut bola.

Keempat, JOMBLO
Mungkin inilah rahasia besarnya, mereka adalah jomblo-jomblo ngenes tahun 2014. Status yang sulit berganti ini membuat mereka frustasi dan kesal. Rasa frustasi tersebut akhirnya terluapkan didalam lapangan. Masing-masing mereka yang sudah kesal dengan statusnya yang tak kunjung berganti, akhirnya : bunuhdiri.

Bukankah, jomblo untuk sementara waktu itu keren. Ngapain frustasi?

Kelima, KABINET KERJA
Terinspirasi dari presiden baru kita yang dilantik 20 oktober 2014 kemarin, Pak Jokowi yang membentuk kabinet kerja di masa kepemimpinannya. Mereka semua juga ingin kerja didalam lapangan, dan bukti dari sebuah kerja nyata adalah hasil. Maka ketika sampai menit 86’ tidak juga terjadi gol, akhirnya mereka memutuskan untuk mendapatkan hasil (gol) bagaimanapun caranya. Dengan begitu mereka telah dianggap benar-benar bekerja.

Ndasmu, hasil kuwi mburi seng penting kerjo seng bener sek! opo kuwi bener?










Saya yang kesal,

Lamongan, Awal November 2014

0 komentar:

Post a Comment