Tentang Tato,
Rokok, dan Berijazah SMP.
Beberapa minggu ini kita disuguhi berita tentang Ibu Susi Pudjiastuti.
Tentang tato dan merokok, tentang
menteri yang hanya berijazah SMP, tentang gaya eksentriknya menteri kelautan
dan perikanan yang baru saja dilantik 27 oktober 2014 kemarin. Semuanya menjadi
begitu ramai dan menyenangkan untuk diperbicarakan. Seseorang pekerja keras. Jujur.
Tegas. Blak-blakan.
Ibu Susi Pudjiastuti, lahir 15 januari 1965 di Pangandaran. Yang
berarti sekarang usianya mendekati 50 tahun. Seorang wanita yang luarbiasa,
memulai bisnis dari pengepul ikan di Pangandaran, tempat kelahirannya. Sampai
akhirnya beliau mampu mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa
lobster dengan merek “Susi Brand”. Hingga
kemudian meluas sampai ke perusahaan
penerbangan milik beliau : Susi Air, PT ASI Pudjiastuti Aviation. Di tahun 2012 Susi Air menerima
pendapatan Rp 300 milyar dan melayani 200 penerbangan perintis (Wikipedia
2014).
Kemudian yang salah kaprah, adalah beberapa orang membenarkan tato
sebagai pelengkap penampilan, membenarkan merokok, dan membenarkan pendidikan
rendah tak menjadi masalah. Ayolah guys, masyarakat memaafkan Bu Susi bertato
karena karena kerja keras beliau selama ini yang positif, memaafkan Bu Susi
yang perokok karena ketegasan dan keberanian beliau dalam mengungkap fakta dilapanghan dan memaafkan bu Susi yang tidak
berpendidikan tinggi karena Ibu Susi mampu membuktikan dengan prestasi dan
sepak terjangnya selama ini mengelola dan membesarkan bisnisnya dibidang
maritim kelautan, hingga kemudian merambah ke bisnis penerbangan.
Tentu saja, bukan berarti merokok didepan umum bagi pejabat publik
yang menjadi panutan itu hal baik. Membiarkan tubuh ditato bukan pula hal baik,
terutama bagi agama. Bukan pula, lalu tidak usah susah-susah berpendidikan
tinggi, toh tidak tamat SMA dan hanya berijazah SMP saja bisa jadi menteri.
Tidak demikian. Atau bahkan ada yang sampai membandingkan Ibu Susi yang
perokok, tidak berjilbab, beberapa kali bercerai tapi jujur dan pekerja keras dengan
pejabat lainnya yang penampilannya lebih baik, berjilbab, ramah, tapi nyatanya korup
dan harus berurusan dengan KPK. Ah, ini tampak begitu lucu. Ayolah Guys, ini
tidak bisa dibandingkan begitu saja.
Dalam statistik, ini hal absurd sekali. Bukankah, kita tidak bisa
menyimpulkan sebuah keputusan dengan hanya mengambil satu sampel? Tentu saja
tidak akan mewakili keseluruhan populasi.
Diluar itu semua, saya pribadi juga begitu mengagumi Ibu Susi
Pudjiastuti, tapi juga tidak serta merta membenarkan merokok, bertato, dan
tidak pentingnya pendidikan tinggi, tidak. Saya memaafkan Ibu Susi yang perokok dan bertato karena kerja
beliau selama ini, dan harapannya dengan pengalaman dan ilmu beliau selama ini serta
kerja kerasnya kedepan akan memberikan sumbangsih besar bagi kemaritiman
indonesia. Diawal masa jabatannya, kita sudah melihat beberapa gebrakannya,
salah satunya merubah jam kerja dikementeriannya menjadi pukul 07.00 – 15.00
WIB dan juga telah mengeluarkan moratorium izin kapal.
Lalu, mari kita lihat, dukung serta kritisi secara positif dan
membangun, bagaimana kerja-kerja beliau selanjutnya?
Selamat bekerja, kerja, kerja, kerja!
Ditulis oleh saya pada 8 november 2014
@khabibjawa
0 komentar:
Post a Comment