Sunday, November 09, 2014

Tentang Tato, Rokok, dan Berijazah SMP.


Tentang Tato, Rokok, dan Berijazah SMP.

Beberapa minggu ini kita disuguhi berita tentang Ibu Susi Pudjiastuti.  Tentang tato dan merokok, tentang menteri yang hanya berijazah SMP, tentang gaya eksentriknya menteri kelautan dan perikanan yang baru saja dilantik 27 oktober 2014 kemarin. Semuanya menjadi begitu ramai dan menyenangkan untuk diperbicarakan. Seseorang pekerja keras. Jujur. Tegas. Blak-blakan.

Ibu Susi Pudjiastuti, lahir 15 januari 1965 di Pangandaran. Yang berarti sekarang usianya mendekati 50 tahun. Seorang wanita yang luarbiasa, memulai bisnis dari pengepul ikan di Pangandaran, tempat kelahirannya. Sampai akhirnya beliau mampu mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster dengan merek “Susi Brand”.  Hingga kemudian  meluas sampai ke perusahaan penerbangan milik beliau : Susi Air, PT ASI Pudjiastuti Aviation. Di tahun 2012 Susi Air menerima pendapatan Rp 300 milyar dan melayani 200 penerbangan perintis (Wikipedia 2014).

Kemudian yang salah kaprah, adalah beberapa orang membenarkan tato sebagai pelengkap penampilan, membenarkan merokok, dan membenarkan pendidikan rendah tak menjadi masalah. Ayolah guys, masyarakat memaafkan Bu Susi bertato karena karena kerja keras beliau selama ini yang positif, memaafkan Bu Susi yang perokok karena ketegasan dan keberanian beliau dalam mengungkap fakta  dilapanghan dan memaafkan bu Susi yang tidak berpendidikan tinggi karena Ibu Susi mampu membuktikan dengan prestasi dan sepak terjangnya selama ini mengelola dan membesarkan bisnisnya dibidang maritim kelautan, hingga kemudian merambah ke bisnis penerbangan.

Tentu saja, bukan berarti merokok didepan umum bagi pejabat publik yang menjadi panutan itu hal baik. Membiarkan tubuh ditato bukan pula hal baik, terutama bagi agama. Bukan pula, lalu tidak usah susah-susah berpendidikan tinggi, toh tidak tamat SMA dan hanya berijazah SMP saja bisa jadi menteri. Tidak demikian. Atau bahkan ada yang sampai membandingkan Ibu Susi yang perokok, tidak berjilbab, beberapa kali bercerai tapi jujur dan pekerja keras dengan pejabat lainnya yang penampilannya lebih baik, berjilbab, ramah, tapi nyatanya korup dan harus berurusan dengan KPK. Ah, ini tampak begitu lucu. Ayolah Guys, ini tidak bisa dibandingkan begitu saja.

Dalam statistik, ini hal absurd sekali. Bukankah, kita tidak bisa menyimpulkan sebuah keputusan dengan hanya mengambil satu sampel? Tentu saja tidak akan mewakili keseluruhan populasi.

Diluar itu semua, saya pribadi juga begitu mengagumi Ibu Susi Pudjiastuti, tapi juga tidak serta merta membenarkan merokok, bertato, dan tidak pentingnya pendidikan tinggi, tidak. Saya memaafkan  Ibu Susi yang perokok dan bertato karena kerja beliau selama ini, dan harapannya dengan pengalaman dan ilmu beliau selama ini serta kerja kerasnya kedepan akan memberikan sumbangsih besar bagi kemaritiman indonesia. Diawal masa jabatannya, kita sudah melihat beberapa gebrakannya, salah satunya merubah jam kerja dikementeriannya menjadi pukul 07.00 – 15.00 WIB dan juga telah mengeluarkan moratorium izin kapal.

Lalu, mari kita lihat, dukung serta kritisi secara positif dan membangun, bagaimana kerja-kerja beliau selanjutnya?




Selamat bekerja, kerja, kerja, kerja!

Ditulis oleh saya pada 8 november 2014

@khabibjawa

0 komentar:

Post a Comment