Titik Balik
Entah istilah apa yang bisa jadi lebih tepat, namun setidaknya titik
balik ini adalah sebuah kejadian atau kondisi yang membuat arah hidup saya
berubah. Di sebuah titik, dimana melangkah maju adalah berbelok dan bahkan
berbalik, berputar arah. Namun, bukan seperti seorang jomblo yang berbalik ke
arah mantan. Bukan. Ini semacam awal baru yang tidak terduga saja sebelumnya,
Dan, beginilah hidup..
Sepertinya tahun 1996
Saya masih begitu kecil tidak ada yang bisa saya ingat, kecuali sebuah
kondisi diruang tamu keluarga besar kami yang ramai. Kemudian seorang laki-laki
dewasa yang sedari tadi duduk di ruang tamu bersama kakek mendekat ke arah saya
dengan lembut, menawarkan diri untuk memakaikan baju saya. Baju yang sudah
dipilihkan ibu digenggaman ini diambilnya, lalu dengan senyumnya beliau
memakaikannya pada saya. Hanya sebatas itu yang saya ingat. Mungkin, kemudian
yang terjadi adalah ibu berpamit kepada kakek nenek dan sodara-sodaranya ibu
saya, dan mungkin juga mereka (kakek, nenek, red) berkali-kali mencium pipi saya -- yang
kemungkinan besar saya masih begitu unyu, sumpah. Haha. FYI, saya pernah gemuk nda! Dan, begitulah, laki-laki dewasa
itulah bapak saya sekarang. J
Sekitar tahun 2002
Ini prihal menyedihkan jika harus saya ceritakan, semacam hubungan
remaja sekarang yang tak jelas, ngakunya pacaran tapi gak pernah ketemu.
Ngelesnya : LDR an boy! Atau semacam
perhatian yang diberikan intens secara terus-menerus hingga kemudian yang satu
nganggep digantungin dan yang satunya nganggep gak peka. Pelik boy, pelik! Ini lebih ribet daripada sekedar diselingkuhin
pacar, yang hanya tinggal bilang : putus! Sudahlah, tinggalkan hal-hal
semacam itu, untungnya saya sudah memutuskan untuk terlepas dari hal-hal
semacam itu. Okeh, kenapa saya bilang ini menyedihkan, pelik dan ribet. Karena waktu
itu disekolah, semester akhir sebelum rapotan kenaikan kelas lima SD
murid-murid semakin sedikit, satu per satu meninggalkan sekolah SD ini. Hingga
kemudian yang terlihat di akhir rapotan itu saya satu kelas tinggal 2 anak.
Bayangkan? Kelas 4 itu saya hanya berdua teman saya, dan satu sekolah mungkin
tak lebih dari 10 anak. Bangunan sekolah tak perlu saya ceritakan, kondisinya
menyedihkan. Di akhir cerita, guru kami yang tinggal 2 orang guru memutuskan :
mengakhiri masa pengabdiannya di sekolah kampung kami ini. *nangis* *tisu, mana
tisu* Tidak berhenti disini, keputusan besar akhirnya harus saya pilih.
Keputusan ini mendapat pertentangan besar oleh ibu saya. Butuh waktu lama
untuk acc yang ibu berikan : pindah
sekolah ke kampung kakek nenek. Sejak saat itu saya tidak tinggal serumah dengan ibu lagi. Kadang, kalau mengingatnya ini tampak menyedihkan.
Mungkin tahun 2006
Tidak ada yang bisa saya ceritakan disini. Namun sepertinya ini juga
pantas masuk dalam kategori titik balik, inilah awal saya lebih dekat dengan
bibi, pasar, dan uang jajan.
Akhir tahun 2010
Inilah tahun-tahun terberat yang pernah saya jalani, seolah-olah hanya
saya manusia menderita di dunia ini. Bodoh
sekali! Keluarga saya ditimpa masalah, saya gagal lanjut kuliah, kesulitan
bekerja, dan penyakit. Iyah. Saya merasa frustasi. Mungkin waktu itu saya lebih
frustasi dibandingkan dengan Pak Wowo yang gagal nyapres. Paling tidak saya
sudah pernah merasakan hidup tanpa punya harapan, seperti ikan mujaer yang
kehabisan air kolam, seperti juga tahun baru tanpa kembang api, seperti dangdut
tanpa biduan, dan seperti-seperti yang lainnya. Saya juga telah dengan bodohnya
menghabiskan usia dengan sia-sia. Sepertinya sampai kapanpun, penyesalan selalu
datang terlambat. Sialnya, dia tak pernah disuruh tutup pintu dari luar. Ah, saya
lupa, bukankah hanya terlambatnya mahasiswa yang disuruh tutup pintu dari luar. dimasa-masa itu saya menjadi dekat dengan : buku, siaran bola, dan warung kopi. Saya seolah mempunyai ikatan dengan ketiganya
menjadi sebuah hiburan dan pelarian.
Pertengahan tahun 2012
Inilah awal yang baru, seperti mendapatkan napas tambahan (bukan napas
buatan, bukan) hidup saya agaknya menjadi lebih segar, harapan kembali mencuat,
meletup-letup kecil dalam dada seperti air panas sebelum dituangkan ke dalam cangkir
dengan serbuk kopi dan sedikit gula. Saya kembali ke bangku kuliah, saya merasa
sangat bersyukur. Dalam berjalannya waktu, mungkin saya berjalan terlalu damai,
hingga terkesan mengalir mengikuti arus yang tenang. Dan, sekarang mungkin yang
saya butuhkan adalah keberanian dan semangat biar lebih greget dalam hidup. Lalu, kemudian saya sadar begitu banyak kelemahan diri ini
yang membuat saya sulit maju. Tuhan, dewasakanlah saya seiring bertambahnya
usia, mendewasa dalam – berpikir, bersikap dan mengambil keputusan. Berilah keberanian,
kekuatan, dan kemampuan yang baik, Tuhan.
Mungkin titik balik bisa dicari, saya akan mencari titik balik yang
membuat saya berkembang secara pribadi. Bukan hanya menunggunya datang, bukankah
cukup menunggu angkot WK dan nungguin kamu saja yang boleh membuat saya
sebal.
***
“Ya Allah, saya sangat bersyukur
terhadap kehidupan yang telah kau berikan. Maafkanlah, hamba ya rabb! Jadikanlah
hamba ini manusia-manusia yang beruntung. Berilah hamba kemampuan, keberanian,
dan kekuatan ya Allah, hingga kemudian mampu menebar manfaat. Allah, terima kasih
telah kau hadirkan orang-orang baik dan luar biasa disekeliling saya.”
“Pak, Buk! aku arekmu. Allah!
aku padaMu.”
Selamat ulang tahun!
0 komentar:
Post a Comment