Sunday, December 21, 2014

Titik Balik



Titik Balik

Entah istilah apa yang bisa jadi lebih tepat, namun setidaknya titik balik ini adalah sebuah kejadian atau kondisi yang membuat arah hidup saya berubah. Di sebuah titik, dimana melangkah maju adalah berbelok dan bahkan berbalik, berputar arah. Namun, bukan seperti seorang jomblo yang berbalik ke arah mantan. Bukan. Ini semacam awal baru yang tidak terduga saja sebelumnya,

Dan, beginilah hidup..

Sepertinya tahun 1996
Saya masih begitu kecil tidak ada yang bisa saya ingat, kecuali sebuah kondisi diruang tamu keluarga besar kami yang ramai. Kemudian seorang laki-laki dewasa yang sedari tadi duduk di ruang tamu bersama kakek mendekat ke arah saya dengan lembut, menawarkan diri untuk memakaikan baju saya. Baju yang sudah dipilihkan ibu digenggaman ini diambilnya, lalu dengan senyumnya beliau memakaikannya pada saya. Hanya sebatas itu yang saya ingat. Mungkin, kemudian yang terjadi adalah ibu berpamit kepada kakek nenek dan sodara-sodaranya ibu saya, dan mungkin juga mereka (kakek, nenek, red)  berkali-kali mencium pipi saya -- yang kemungkinan besar saya masih begitu unyu, sumpah. Haha. FYI, saya pernah gemuk nda! Dan, begitulah, laki-laki dewasa itulah bapak saya sekarang. J

Sekitar tahun 2002
Ini prihal menyedihkan jika harus saya ceritakan, semacam hubungan remaja sekarang yang tak jelas, ngakunya pacaran tapi gak pernah ketemu. Ngelesnya : LDR an boy! Atau semacam perhatian yang diberikan intens secara terus-menerus hingga kemudian yang satu nganggep digantungin dan yang satunya nganggep gak peka. Pelik boy, pelik! Ini lebih ribet daripada sekedar diselingkuhin pacar, yang  hanya tinggal bilang : putus! Sudahlah, tinggalkan hal-hal semacam itu, untungnya saya sudah memutuskan untuk terlepas dari hal-hal semacam itu. Okeh, kenapa saya bilang ini menyedihkan, pelik dan ribet. Karena waktu itu disekolah, semester akhir sebelum rapotan kenaikan kelas lima SD murid-murid semakin sedikit, satu per satu meninggalkan sekolah SD ini. Hingga kemudian yang terlihat di akhir rapotan itu saya satu kelas tinggal 2 anak. Bayangkan? Kelas 4 itu saya hanya berdua teman saya, dan satu sekolah mungkin tak lebih dari 10 anak. Bangunan sekolah tak perlu saya ceritakan, kondisinya menyedihkan. Di akhir cerita, guru kami yang tinggal 2 orang guru memutuskan : mengakhiri masa pengabdiannya di sekolah kampung kami ini. *nangis* *tisu, mana tisu* Tidak berhenti disini, keputusan besar akhirnya harus saya pilih. Keputusan ini mendapat pertentangan besar oleh ibu saya. Butuh waktu lama untuk  acc yang ibu berikan : pindah sekolah ke kampung kakek nenek. Sejak saat itu saya tidak tinggal serumah dengan ibu lagi. Kadang, kalau mengingatnya ini tampak menyedihkan.

Mungkin tahun 2006
Tidak ada yang bisa saya ceritakan disini. Namun sepertinya ini juga pantas masuk dalam kategori titik balik, inilah awal saya lebih dekat dengan bibi, pasar, dan uang jajan.

Akhir tahun 2010
Inilah tahun-tahun terberat yang pernah saya jalani, seolah-olah hanya saya manusia menderita di dunia ini. Bodoh sekali! Keluarga saya ditimpa masalah, saya gagal lanjut kuliah, kesulitan bekerja, dan penyakit. Iyah. Saya merasa frustasi. Mungkin waktu itu saya lebih frustasi dibandingkan dengan Pak Wowo yang gagal nyapres. Paling tidak saya sudah pernah merasakan hidup tanpa punya harapan, seperti ikan mujaer yang kehabisan air kolam, seperti juga tahun baru tanpa kembang api, seperti dangdut tanpa biduan, dan seperti-seperti yang lainnya. Saya juga telah dengan bodohnya menghabiskan usia dengan sia-sia. Sepertinya sampai kapanpun, penyesalan selalu datang terlambat. Sialnya, dia tak pernah disuruh tutup pintu dari luar. Ah, saya lupa, bukankah hanya terlambatnya mahasiswa yang disuruh tutup pintu dari luar. dimasa-masa itu saya menjadi dekat dengan : buku, siaran bola, dan warung kopi.  Saya seolah mempunyai ikatan dengan ketiganya menjadi sebuah hiburan dan pelarian.

Pertengahan tahun 2012
Inilah awal yang baru, seperti mendapatkan napas tambahan (bukan napas buatan, bukan) hidup saya agaknya menjadi lebih segar, harapan kembali mencuat, meletup-letup kecil dalam dada seperti air panas sebelum dituangkan ke dalam cangkir dengan serbuk kopi dan sedikit gula. Saya kembali ke bangku kuliah, saya merasa sangat bersyukur. Dalam berjalannya waktu, mungkin saya berjalan terlalu damai, hingga terkesan mengalir mengikuti arus yang tenang. Dan, sekarang mungkin yang saya butuhkan adalah keberanian dan semangat biar lebih greget dalam hidup. Lalu, kemudian saya sadar begitu banyak kelemahan diri ini yang membuat saya sulit maju. Tuhan, dewasakanlah saya seiring bertambahnya usia, mendewasa dalam – berpikir, bersikap dan mengambil keputusan. Berilah keberanian, kekuatan, dan kemampuan yang baik, Tuhan.

Mungkin titik balik bisa dicari, saya akan mencari titik balik yang membuat saya berkembang secara pribadi. Bukan hanya menunggunya datang, bukankah cukup menunggu angkot WK dan nungguin kamu saja yang boleh membuat saya sebal.


***

“Ya Allah, saya sangat bersyukur terhadap kehidupan yang telah kau berikan. Maafkanlah, hamba ya rabb! Jadikanlah hamba ini manusia-manusia yang beruntung. Berilah hamba kemampuan, keberanian, dan kekuatan ya Allah, hingga kemudian mampu menebar manfaat. Allah, terima kasih telah kau hadirkan orang-orang baik dan luar biasa disekeliling saya.”



“Pak, Buk! aku arekmu. Allah! aku padaMu.”



Selamat ulang tahun!

0 komentar:

Post a Comment