Friday, February 27, 2015

‘Si Rancho’ ala Ricky Elson Sang Putra Petir.

Rancho, Raju, dan Farhan. *merekapelukan*

Sebuah mobil merah melaju datang, seseorang muncul dari dalamnya, “kalian senang idiots?” ucapnya sambil terbahak.

“Hai, Chatur!” ucap Rancho sambil membenarkan letak kacamatanya.

“Ranchhodas Chhanched….” Chatur mendekat, berjalan kemudian seolah mengejek “Sang guru,” dengan muka yang menjijikkan ngehina dia terus berucap, “Jadi apa kau sekarang? Guru di desa!” tawanya tak mau lepas.

Rancho berdiri agak didepan dengan senyum konyolnya yang sialnya tampak begitu cool, tepat berada di tengah Raju dan Farhan. Sementara Phia berada dibelakang mereka. Setelah di adegan sebelumnya mereka ciuman. Kampret!

“Dari fakultas teknik, menjadi guru! Haha.” sambil tertawa Chatur melanjutkan,”Berapa gajimu Rancho? Beritahu aku, Haha.”

Rancho masih diam lalu tersenyum, sesekali melihat kebelakang kearah Raju, Farhan dan Phia.
“Mungkin uang saku anakku pun lebih banyak dari gajimu! Kamu membual ingin merubah sistem pendidikan, ingin merubah dunia. Tapi apa yang kamu lakukan sekarang, hanya menganti popok anak-anak. Haha”

Chatur mengeluarkan semacam deklarasi kekalahan, agar Rancho mau tanda tangan dan mengakui kekalahan atas (janji atau semacam tantangan masa lalu mereka). Dengan santai sambil tertawa, Rancho mengeluarkan bulpen pemberian Virus untuk tanda tangan, Chatur terkaget. “Darimana kau mendapatkan bulpen Virus ini, kau mencurinya?”

“Umm.. saya harus bilang apa?”

“Ini untuk pemenang, bukan yang kalah!” Chatur mengambil bulpen dari tangan Rancho. Terlihat kemudian Chatur menepuk punggung Rancho dengan sikap bersahabat sambil mengajaknya berjalan, “Tidak masalah, jika kau kesulitan dana untuk sekolahmu, kau bisa menghubungi asistenku. Ha ha.” Sambil menyodorkan kartu nama.

Rancho menghentikan langkahnya, Chatur berlalu sambil mendendangkan tawa kemenangannya. Namun, nyatanya seseorang itu,



“Phunshuk Wangdu, ilmuan yang punya 400 paten penemuan. Dicari-cari orang jepang. Katakan padaku, kau ini ilmuan atau guru?” cercah Raju dan Farhan secara bergantian dengan muka terkejut bahagia tak percaya.

“Phia Wangdu?” Phia ikut-ikutan berseloroh didalamnya.

Begitulah. Diakhir cerita dikisahkan bahwa Rancho telah berhasil menjadi ilmuan besar dan pada akhirnya mendedikasikan hidupnya dengan mendirikan sekolah di pedesaan terpencil dengan pemandangan alam yang luar biasa. Tidak perlu saya ceritakan bagaimana akhirnya ketika Chatur mengetahui bahwa Rancho adalah Phunshuk Wangdu. Kasiahan sumpah!

Baru-baru ini, atau sekitar minggu-minggu yang lalu. Kita ramai tentang mobil nasional yang mungkin menurut saya agak keliru dimengerti oleh publik gara-gara berita media online yang cepat sekali menyebar seperti copy paste tinjauan pustaka dalam mengerjakan makalah, tanpa harus menimbang atau tahu asal usul dan pembenaran dari sumber asal atau sumber beritanya. Yang share-share juga tak kalah bodoh sih, *eh salah. Kan, sebenarnya setelah mendapatkan pembenaran bahwasanya itu adalah B-to-B. Bukan lagi ada urusan dengan pemerintah. Namun, diluar itu semua kemudian muncul pemberitaan tentang seseorang yang luar biasa.


Adalah RickyElson.
Sang putra Petir (entah kenapa beliau mendapatkan julukan tersebut) seorang teknokrat asli Padang, Sumatera Barat. Setelah belajar dan bekerja selama 14 tahun di jepang. Sudah puluhan temuannya dibidang teknologi motor penggerak listrik yang dipatenkan oleh pemerintah Jepang. Sampai akhirnya, suatu ketika Mas Ricky Elson bertemu dengan bapak Dahlan Iskan, beliau mengajak Ricky Elson untuk mengembangkan mobil listrik di Indonesia, “Sudah puas berkarya di negeri orang, kapan siap berkarya dan berjuang untuk negeri sendiri?” kurang lebih seperti itu ajakan bapak Dahlan Iskan, tanpa memberikan harapan besar, gaji ataupun sesuatu yang muluk-muluk, hanya sekedar : tantangan.

Jadi teringat cerita Steve Jobs ketika membujuk John Sculley manajer pemasaran terbaik milik Pepsi untuk bergabung bersama Apple, Steve tak menawarkan gaji atau sesuatu yang besar. Meskipun saya yakin tetap dengan gaji yang besar. Tapi Steve menawarkan lebih dari itu : tantangan.

“Mau sampai kapan anda jualan air gula? Bergabunglah bersama kami untuk mengubah dunia. Komputer untuk kehidupan dimasa depan.”

Disitulah letaknya, seseorang kadang cenderung menikmati tantangan, daripada sekedar uang atau jabatan. Saya sendiri lebih suka duit, daripada sekedar tantangan yang tak ada duitnya, eh keceplosan. Bapak Dahlan Iskan hanya mampu memberikan gajinya sebagai menteri BUMN untuk Ricky Elson. Ricky Elson bersama tim pun sudah menyelesaikan proyek mobil listrik : Selo dan Gendhis.

Dok. Facebook Mas Ricky Elson
Ricky Elson sekarang juga mendedikasikan diri untuk berkarya di daerah terpencil, salah satunya mengembangkan Taman listrik Listrik Tenaga Angin (TLTA) di desa Maubaukul, Kabupaten Waingapu, NTT. Kincir Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Ciheras, Tasikmalaya. Sebenarnya, Ricky Elson sudah berkali-kali mendapatkan ajakan untuk kembali ke perusahannya di jepang, “sudah cukup main-mainnya di indonesia? Kembali lagi kesini sebagai Engineer for R&D electric motor and applications.. ada banyak yang bisa dikerjakan.”

Dok. Facebook Mas Ricky Elson
Bahkan ketika Dahlan Iskan akan segera berhenti menjadi menteri, berarti tidak ada lagi gaji menteri untuknya. Seperti saya kutip dari blognya bapak Dahlan Iskan, beliau bercerita. “Saya tidak bisa lagi menahan kalau Anda ingin kembali ke Jepang,” kata saya kepadanya. “Toh, bos Anda yang di Jepang masih terus menunggu.”

Ricky terdiam sejenak. Kepalanya menunduk. Wajahnya menatap ke bumi. Sesaat kemudian baru dia berucap. “Saya akan tetap di Indonesia. Seadanya,” jawab Ricky. “Saya akan meneruskan semua ini semampu saya,” tambah dia.

Warbiyasa, bukan.

*** 

Disini setidaknya saya menemukan 3 persamaan antara Si Rancho atau Phunshuk Wangdu dengan Ricky Elson Sang Putra Petir.

Pertama, sama-sama ilmuan yang memiliki hak paten internasional. Kedua, sama-sama dicari orang Jepang. Ketiga, sama-sama berkarya untuk penduduk terpencil. Rancho dengan sekolahnya, Ricky dengan pembangkit listrik tenaga anginnya.

Dan, kalau boleh saya menambahkan poin tambahan : sama-sama mempunyai istri yang cantik. Haha, untuk hal yang satu ini saya tak mungkin bohong. Kepoin facebook Mas Ricky Elson kalau tidak percaya, dan tonton lagi film ‘3 Idiots’ jika masih ragu dengan kecantikan Kareena Kapoor.


Rancho, cerita fiktif yang penuh drama sangat inspiratif. Yang tak bisa dilupakan, dan harus mendapatkan perhatian lebih daripada sekedar sinetron maaf, semisal srigala ganteng, harimau, kambing dan sejenisnya. Ricky, adalah kehidupan fakta yang penuh inspirasi. Yang tak mungkin dilupakan, dan harus mendapatkan perhatian lebih, maaf terutama dari pemerintah. Dan tentu saja dukungan dari kita semua. percayalah! Indonesia butuh orang-orang seperti Mas Ricky. 







Surabaya. 27 Februari 2015. 00.46