Rancho, Raju, dan Farhan. *merekapelukan*
Sebuah mobil merah melaju datang, seseorang muncul dari dalamnya,
“kalian senang idiots?” ucapnya sambil terbahak.
“Hai, Chatur!” ucap Rancho sambil membenarkan letak kacamatanya.
“Ranchhodas Chhanched….” Chatur mendekat, berjalan kemudian seolah
mengejek “Sang guru,” dengan muka yang menjijikkan ngehina dia terus
berucap, “Jadi apa kau sekarang? Guru di desa!” tawanya tak mau lepas.
Rancho berdiri agak didepan dengan senyum konyolnya yang sialnya
tampak begitu cool, tepat berada di
tengah Raju dan Farhan. Sementara Phia berada dibelakang mereka. Setelah di
adegan sebelumnya mereka ciuman. Kampret!
“Dari fakultas teknik, menjadi guru! Haha.” sambil tertawa Chatur
melanjutkan,”Berapa gajimu Rancho? Beritahu aku, Haha.”
Rancho masih diam lalu tersenyum, sesekali melihat kebelakang kearah
Raju, Farhan dan Phia.
“Mungkin uang saku anakku pun lebih banyak dari gajimu! Kamu membual
ingin merubah sistem pendidikan, ingin merubah dunia. Tapi apa yang kamu
lakukan sekarang, hanya menganti popok anak-anak. Haha”
Chatur mengeluarkan semacam deklarasi kekalahan, agar Rancho mau tanda
tangan dan mengakui kekalahan atas (janji atau semacam tantangan masa lalu
mereka). Dengan santai sambil tertawa, Rancho mengeluarkan bulpen pemberian
Virus untuk tanda tangan, Chatur terkaget. “Darimana kau mendapatkan bulpen Virus
ini, kau mencurinya?”
“Umm.. saya harus bilang apa?”
“Ini untuk pemenang, bukan yang kalah!” Chatur mengambil bulpen dari
tangan Rancho. Terlihat kemudian Chatur menepuk punggung Rancho dengan sikap
bersahabat sambil mengajaknya berjalan, “Tidak masalah, jika kau kesulitan dana
untuk sekolahmu, kau bisa menghubungi asistenku. Ha ha.” Sambil menyodorkan
kartu nama.
Rancho menghentikan langkahnya, Chatur berlalu sambil mendendangkan
tawa kemenangannya. Namun, nyatanya seseorang itu,
Adalah PhunshukWangdu.
“Phunshuk Wangdu, ilmuan yang punya 400 paten penemuan. Dicari-cari orang
jepang. Katakan padaku, kau ini ilmuan atau guru?” cercah Raju dan Farhan
secara bergantian dengan muka terkejut bahagia tak percaya.
“Phia Wangdu?” Phia ikut-ikutan berseloroh didalamnya.
Begitulah. Diakhir cerita dikisahkan bahwa Rancho telah berhasil
menjadi ilmuan besar dan pada akhirnya mendedikasikan hidupnya dengan mendirikan
sekolah di pedesaan terpencil dengan pemandangan alam yang luar biasa. Tidak perlu
saya ceritakan bagaimana akhirnya ketika Chatur mengetahui bahwa Rancho adalah
Phunshuk Wangdu. Kasiahan sumpah!
Baru-baru ini, atau sekitar minggu-minggu yang lalu. Kita ramai
tentang mobil nasional yang mungkin menurut saya agak keliru dimengerti oleh
publik gara-gara berita media online yang cepat sekali menyebar seperti copy paste tinjauan pustaka dalam mengerjakan
makalah, tanpa harus menimbang atau tahu asal usul dan pembenaran dari sumber asal
atau sumber beritanya. Yang share-share
juga tak kalah bodoh sih, *eh salah. Kan, sebenarnya setelah mendapatkan
pembenaran bahwasanya itu adalah B-to-B.
Bukan lagi ada urusan dengan pemerintah. Namun, diluar itu semua kemudian
muncul pemberitaan tentang seseorang yang luar biasa.
Adalah RickyElson.
Sang putra Petir
(entah kenapa beliau mendapatkan julukan tersebut) seorang teknokrat asli
Padang, Sumatera Barat. Setelah belajar dan bekerja selama 14 tahun di jepang. Sudah
puluhan temuannya dibidang teknologi motor penggerak listrik yang dipatenkan
oleh pemerintah Jepang. Sampai akhirnya, suatu ketika Mas Ricky Elson bertemu
dengan bapak Dahlan Iskan, beliau mengajak Ricky Elson untuk mengembangkan
mobil listrik di Indonesia, “Sudah puas berkarya di negeri orang, kapan siap berkarya
dan berjuang untuk negeri sendiri?” kurang lebih seperti itu ajakan bapak
Dahlan Iskan, tanpa memberikan harapan besar, gaji ataupun sesuatu yang
muluk-muluk, hanya sekedar : tantangan.
Jadi teringat cerita Steve Jobs ketika membujuk John Sculley manajer
pemasaran terbaik milik Pepsi untuk bergabung bersama Apple, Steve tak
menawarkan gaji atau sesuatu yang besar. Meskipun saya yakin tetap dengan gaji
yang besar. Tapi Steve menawarkan lebih dari itu : tantangan.
“Mau sampai kapan anda jualan air gula? Bergabunglah bersama kami
untuk mengubah dunia. Komputer untuk kehidupan dimasa depan.”
Disitulah letaknya, seseorang kadang cenderung menikmati tantangan,
daripada sekedar uang atau jabatan. Saya sendiri lebih suka duit, daripada
sekedar tantangan yang tak ada duitnya, eh keceplosan. Bapak Dahlan
Iskan hanya mampu memberikan gajinya sebagai menteri BUMN untuk Ricky Elson. Ricky
Elson bersama tim pun sudah menyelesaikan proyek mobil listrik : Selo dan
Gendhis.
Dok. Facebook Mas Ricky Elson |
Ricky Elson sekarang juga mendedikasikan diri untuk berkarya di daerah
terpencil, salah satunya mengembangkan Taman listrik Listrik Tenaga Angin
(TLTA) di desa Maubaukul, Kabupaten Waingapu, NTT. Kincir Angin Pembangkit
Listrik Tenaga Angin di Ciheras, Tasikmalaya. Sebenarnya, Ricky Elson sudah
berkali-kali mendapatkan ajakan untuk kembali ke perusahannya di jepang, “sudah
cukup main-mainnya di indonesia? Kembali lagi kesini sebagai Engineer for
R&D electric motor and applications.. ada banyak yang bisa dikerjakan.”
Dok. Facebook Mas Ricky Elson |
Bahkan ketika Dahlan Iskan akan segera berhenti menjadi menteri,
berarti tidak ada lagi gaji menteri untuknya. Seperti saya kutip dari blognya
bapak Dahlan Iskan, beliau bercerita. “Saya tidak bisa lagi menahan kalau Anda
ingin kembali ke Jepang,” kata saya kepadanya. “Toh, bos Anda yang di Jepang
masih terus menunggu.”
Ricky terdiam sejenak. Kepalanya menunduk. Wajahnya menatap ke bumi.
Sesaat kemudian baru dia berucap. “Saya akan tetap di Indonesia. Seadanya,”
jawab Ricky. “Saya akan meneruskan semua ini semampu saya,” tambah dia.
Warbiyasa, bukan.
***
Disini setidaknya saya menemukan 3 persamaan antara Si Rancho atau Phunshuk Wangdu dengan Ricky Elson Sang Putra Petir.
Pertama, sama-sama ilmuan yang memiliki hak paten internasional. Kedua,
sama-sama dicari orang Jepang. Ketiga, sama-sama berkarya untuk penduduk
terpencil. Rancho dengan sekolahnya, Ricky dengan pembangkit listrik tenaga
anginnya.
Dan, kalau boleh saya menambahkan poin tambahan : sama-sama mempunyai
istri yang cantik. Haha, untuk hal yang satu ini saya tak mungkin bohong. Kepoin
facebook Mas Ricky Elson kalau tidak percaya, dan tonton lagi film ‘3 Idiots’
jika masih ragu dengan kecantikan Kareena Kapoor.
Rancho, cerita fiktif yang penuh drama sangat inspiratif. Yang tak bisa dilupakan, dan harus mendapatkan perhatian lebih daripada sekedar sinetron maaf, semisal srigala ganteng, harimau, kambing dan sejenisnya. Ricky, adalah kehidupan fakta yang penuh inspirasi. Yang tak mungkin dilupakan, dan harus mendapatkan perhatian lebih, maaf terutama dari pemerintah. Dan tentu saja dukungan dari kita semua. percayalah! Indonesia butuh orang-orang seperti Mas Ricky.
Surabaya. 27 Februari 2015. 00.46