Wednesday, March 02, 2016

Pemuda, Desa, dan Pertanian




Millenium Development Goals (MDGs) telah berakhir di penghujung tahun 2015. Sebagai tindaklanjut, sebanyak 193 negara anggota PBB menandatangani Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu tujuan pembangunan berkelanjutan untuk periode 2016 hingga 2030 mendatang, yang dijadikan sebagai model pembangunan nasional, di setiap negara. Dalam SDGs, terdapat 17 tujuan atau agenda pencapaian. Salah satu tujuannya adalah mengakhiri kelaparan, mencapai keamanan pangan dan perbaikan gizi serta memajukan pertanian berkelanjutan.

Saat ini, Indonesia sendiri sedang berusaha keras mencapai kedaulatan pangan. Dengan jumlah penduduk yang besar, kebutuhan pangan yang layak secara merata bagi seluruh masyarakat Indonesia menjadi perhatian yang sangat penting. Pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 238,5 juta jiwa. Pada tahun ini, 2016 bertambah menjadi 258,7juta jiwa dan akan terus meningkat. Sementara itu pada tahun 2035 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia mencapai 305,6 juta jiwa. Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk tersebut, tentu saja kebutuhan pangan akan terus meningkat. Tantangan besarnya adalah ketersediaan lahan pertanian yang semakin menyusut, dimana setiap tahunnya lahan pertanian terus berkurang beralih fungsi kepenggunaan lainnya, misalnya industri manufaktur dan perumahan.

Tantangan berikutnya yang tidak kalah seriusnya adalah,kurangnya minat para pemuda untuk terjun dalam bidang pertanian menjadi sesuatu hal yang perlu diperhatikan. Hal ini menjadi sangat penting, mengingat banyaknya desa yang ditinggalkan oleh para pemudanya. Mereka lebih memilih profesi lain di kota-kota besar yang lebih menjanjikan daripada menjadi petani di desa. Hal tersebut tidak salah memang, mengingat Nilai Tukar Petani (NTP) salah satu indikator yang dikeluarkan oleh BPS untuk melihat kesejahteraan petani masih sangat rendah.

Para pemuda desa lebih menyukai profesi lainnya, yang lebih menjanjikan untuk kesejahteraan mereka. Pada akhirnya mereka berbondong-bondong ke kota, bekerja pada perusahaan-perusahaan besar yang mapan, yang menjanjikan kesejahteraan masa depan bagi mereka. Ditambah lagi kondisi pertanian di desa yang umumnya hanya dikuasai oleh mereka yang secara turun temurun mempunyai lahan pertanian yang luas. Sehingga para petani yang ada umumnya merupakan buruh tani (tidak mempunyai lahan pertanian) dan petani kecil yang mempunyai lahan pertanian kecil, mereka tahu sulit sekali mengharapkan kesejahteraan dari hasil pertanian. Jika dirata-rata petani di Indonesia hanya menguasai sekitar 0,3 ha sawah per kepala, sangat sedikit sekali, dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang sejatinya jumlah penduduknya jauh lebih sedikit. Sehingga tidak heran, jika mereka para pemuda akan lebih memilih untuk mencari pekerjaan lain di kota. Memang dengan begitu mahalnya harga tanah pertanian, sulitnya mendapatkan harga benih dan pupuk murah yang dirasakan sangat membebani dan menghalangi para pemuda desa berprofesi sebagai petani. Belum lagi ditambah rendahnya keuntungan dari usaha tani.

Padahal dengan munculnya isu tentang bonus demografi, harapannya para pemuda ikut berperan dalam ekonomi pedesaan. Guna membangun pertanian yang lebih baik dan kuat, demi tercapainya ketahanan pangan di masa depan. Dan, diantara peran pemuda dalam pertanian adalah diharapkan mampu menciptanya sistem atau konsep-konsep baru dalam dunia pertanian, ataupun teknologi baru sehingga mampu memaksimalkan produktivitas meskipun dengan lahan yang seminimum mungkin. Kedua, juga memanfaatkan potensi tanaman pertanian di tiap-tiap wilayah pertanian di Indonesia. Sehingga ketergantungan pada satu dua jenis tanaman makanan pokok tidak terjadi. Dengan begitu diharapkan bisa memberikan hasil maksimal tergantung wilayah sesuai potensi tanaman di daerah tersebut.

Semoga kita tidak lupa bahwa desa dan pertanian juga butuh peran pemuda (para petani-petani muda) yang penuh inovasi di dunia pertanian. Sehingga diharapkan mampu menciptakan pertanian yang kokoh di masa depan, lalu mampu memenuhi kedaulatan pangan, yang itu dimana merupakan bagian dari nawacita dan salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals  (SDGs) yang juga telah sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), sebagai program pembangunan berkelanjutan di Indonesia.


2 comments:

  1. Manteb sekali bang. Boleh izin share kang

    ReplyDelete
  2. petani masa depan bangsa akhirnya muncul di blog saya, haha.

    ReplyDelete