Baru-baru ini sedang ramai tentang sistem
atau aplikasi-aplikasi berbasis
teknologi informasi semacam Uber,
GrabBike, Gojek, dan lain sejenisnya. Dengan sentuhan teknologi informasi, adanya model bisnis
aplikasi tersebut memungkinkan kemudahan bagi beberapa pihak, serta mampu memanfaatkan sumber daya-sumber daya
secara efisien, untuk kepentingan
bersama. Menurut beberapa pakar ekonomi,
hal-hal tersebut adalah pola dari ekonomi berbagi, atau yang disebut sharing economy. Ekonomi berbagi sendiri
adalah konsep bisnis yang memberikan akses terhadap sumberdaya yang dimiliki
perorangan, organisasi, atau perusahaan untuk dimanfaatkan atau dikonsumsi
dengan orang lain. Manfaat ekonomi berbagi sendiri diantaranya adalah menurunkan
dampak lingkungan, karena konsumsi yang berlebihan, menghebat biaya dengan
pemanfaatan barang atau sumber daya yang ada.
Dalam keseharian, di sebuah desa kecil tempat
tinggal saya di Lamongan, sharing economy
atau ekonomi berbagi diakui atau tidak, secara sederhana bahkan sudah terlebih
dulu dilakukan oleh sebagian orang-orang di desa kami sejak dulu hingga sebagian sekarang
masih ada, misalnya yang dilakukan oleh Pak Teguh dan Cak Munawar. Cak Munawar
adalah tetangga sekaligus kerabat jauh dari Pak Teguh. Dalam hal ini, Pak Teguh
mempunyai beberapa petak sawah yang tak mampu jika beliau kerjakan sendiri,
oleh sebab itu Pak Teguh memberikan penawaran kepada Cak Munawar, agar salah
satu petak sawahnya dikerjakan olehnya. Cak Munawar pun menerima penawaran
tersebut, mengingat Cak Munawar sendiri tidak punya petak sawah yang bisa
dikerjakannya diselah-selah pekerjaannya sebagai kuli bangunan –yang itu tidak
setiap hari juga ada pekerjaan.
“Yah, kalau mau sampean garap lah cak, sebagian sawah saya yang di selatannya
tegalan. Nanti seperti biasa saja hasil panen, barangkali bisa dibagi…” Pungkas
Pak Teguh. Tentu saja Cak Munawar mengiyakan dengan senang hati. Dengan
persyaratan yang telah disepakati diawal, yang kebanyakan adalah berbagi hasil
panen, dan atau ditambah yang lainnya, misalnya biaya pupuk dan lain, dan
sebagainya, juga telah disepakati didepan siapa yang menanggung –si empunya
tanah atau si penggarap sawah. Hanya begitu saja, tanpa ada hitam diatas putih,
apalagi ditambah materai, tidak perlu, hanya sebatas saling percaya saja, cukup.
Dalam hal ini mereka berdua telah berbagi dan saling bertukar sumber daya alam
dan sumber daya manusia dalam kancah kegiatan ekonomi di dalam masyarakat
kecil.
Dan masih banyak lagi, contoh lainnya adalah
ketika musim panen disawah, beberapa orang yang tidak mampu atau tidak mau
mengeluarkan uang untuk biaya buruh, mereka akan mengundang tetangga atau
saudara untuk membantu panen di sawah mereka, dan dikemudian hari gantian
mereka yang membantu di panen di tetangga atau saudara tersebut. Mereka saling
berbagi tenaga atau sumber daya manusia. Sebetulnya masih banyak contoh
lainnya, tidak hanya dalam ranah pertanian, tapi juga dalam hal peternakan.
Biasanya seorang yang sedang kelebihan uang akan membelikan atau bisa disebut
menginvestasikan uangnya untuk membeli sapi, kemudian karena tidak punya waktu
dan juga skill atau kemampuan dalam
merawat sapi tersebut, akhirnya dipercayakan kepada tetangga yang sudah
terbiasa merawat sapi tersebut, dalam 2 sampai 3 tahun kemudian, mereka akan
berbagi hasil untung penjualan dari sapi tersebut. Iyah, begitu saja. Sesederhana
itu. entah, hal-hal sederhana yang mendasar seperti itu layak disebut ekonomi
berbagi atau tidak. Namun, mereka telah melakukan konsep ekonomi berbagi itu
sendiri, yaitu saling membantu atau berbagi dan atau memanfaatkan sumberdaya
yang ada.
Dalam pengertian yang lebih luas, menurut
Benita Matofska dari Organisasi The People We Share, seperti yang saya kutip
dari tulisan Jalal di geotimes.co.id. Bahwa ekonomi berbagi adalah sebuah
ekosistem sosial-ekonomi yang dibangun disekitar, untuk berbagi sumberdaya
manusia dan fisik, termasuk dalam penciptaan, produksi, distribusi, perdagangan
dan konsumsi oleh orang-orang dan organisasi yang berbeda. Dimana dalam
prakteknya terdapat visi berkelanjutan, yakni pemanfaatan sumberdaya sekarang untuk
kepentingan generasi sekarang dan generasi selanjutnya.
Sehingga ekonomi berbagi adalah gambaran
sebuah bisnis atau kegiatan ekonomi yang mampu memanfaatkan peluang dengan
sumberdaya yang ada, tentu saja dibarengi dengan kemajuan teknologi sehingga
mampu memberikan kemudahan akses. Dan yang paling penting dari ekonomi berbagi
adalah kemauan untuk berbagi sumberdaya, untuk dipakai semua orang dalam
kegiatan sosio-ekonomi.
Dengan kondisi bonus demografi seperti ini,
dimana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak dari penduduk usia
non-produktif. Pemanfaatan industri kreatif yang mengedepankan konsep ekonomi
berbagi akan memberikan peran maksimal dalam kegiatan ekonomi. Sesederhana yang
dilakukan Pak Teguh, untuk berbagi sumberdaya dengan Cak Munawar, namum dalam
sebuah kegiatan ekonomi yang tidak sederhana lagi dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi dan inovasi-inovasi baru. Barangkali, memanfaatkan konsep ekonomi
berbagi dalam industri kreatif akan besar manfaatnya jika dilakukan dengan
baik, dengan niatan berbagi sumberdaya yang ada, untuk diapakai secara
bersama-sama, dengan keuntungan bersama. Tanpa ada suatu bentuk monopoli
ekonomi dari satu dua pihak saja.